Hutan Untuk Kesehatan, Solusi Sehat Bagi Diri dan Alam
jogjabenih – Hutan untuk kesegaran sudah menjadi tren dunia sebagai cara baru memulihkan stres, baik fisik maupun mental. Memulihkan dan menyehatkan fisik dan mental dengan terapi dan wisata di kawasan hutan sesungguhnya bukan perihal yang baru, terlebih di belahan dunia lain. Jepang dan Korea adalah negara yang diketahui sudah mengembangkan kegiatan pemulihan atau penyembuhan (healing) fisik dan mental di kawasan hutan.
Bukan hanya sebagai penyembuh bagi manusia, healing forest termasuk bisa menambahkan kegunaan baik bagi lingkungan dan ekonomi. Bagi lingkungan, program healing forest bisa menambahkan nilai penting bagi keberadaan hutan tetapi untuk ekonomi, program healing forest menjadi sumber pendapatan baru bagi masyarakat sekitar dan pelaku wisata.
Sebagaimana disampaikan Jim Robbins pada the Yale School of the Environment th. 2020, yang membahas Ecophysicology atau bagaimana paparan alam pada kesehatan, kurangi stres dan menaikkan penyembuhan. Hal ini termasuk ikut mendorong pemerintah, pelaku bisnis dan penyedia sarana kesegaran tambah pertimbangkan keperluan manusia bakal alam di dalam cara mereka merencanakan dan beroperasi.
Tulisan Jim Robbins termasuk membahas arti “forest bathing” yang di dalam arti Jepang dikenal dengan “shinrin-yoku”. Istilah ini dikenalkan oleh Qing Li di dalam buku dengan judul Shinrin-Yoku: The Art and Science of Forest Bathing. Dalam bukunya Qing Li termasuk menyampaikan bahwa dengan berjalan di bawah hutan dan nikmati kealamian hutan merupakan obat penyembuh penyakit di tubuh dan fikiran.
Dengan konsep yang sama, Kementerian LHK termasuk di dalam tahap pengembangan hutan untuk kesegaran sebagaimana disampaikan Wakil Menteri LHK Alue Dohong di dalam pertemuan pada April 2021 forest healing adalah potensi yang bisa dikembangkan di Indonesia di dalam Pengembangan ekowisata atau wisata alam merupakan tidak benar satu pemakaian berasal dari kawasan konservasi. Sedikitnya, Kawasan Konservasi mempunyai Indonesia potensi besar di dalam pemakaian wisata alam berupa 102 titik gunung dan pendakian, 1.200 titik pemandangan alam, 274 titik gua, 820 air terjun, 160 danau dan 51 wisata bahari.
Healing forest di Kawasan konservasi saat ini sudah disiapkan Kementerian LHK
dengan pertimbangkan aspek pengelolaan berupa penentuan wilayah dan program yang dilakukan. Mendukung perihal tersebut, Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi (PJLHK) dengan dukungan pendanaan berasal dari Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) laksanakan pembahasan penerapan hutan untuk kesegaran (healing forest) pada tanggal 21-22 Desember 2021 di Kota Bogor.
Pelaksanaan kegiatan Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Manusia di dalam bidang Penerapan Hutan untuk Kesehatan (Healing forest) diikuti oleh 140 peserta baik online maupun offline yang berasal berasal dari pelaku bisnis wisata alam, pengelola Kawasan konservasi, praktisi Healing forest dan akademisi.
Negeri ginseng Korea di dalam kesempatan kali ini termasuk ikut menyampaikan konsep penerapan Healing forest yang sudah berkembang di Korea dan upaya kerjasama dengan Indonesia di dalam pengembangan konsep Healing forest di Indonesia yang sudah diusung sejak th. 2017. LEE, Sung-gil (Director of Korea Indonesia Forest Center) menyampaikan bahwa pelaksanaan Healing forest di Korea mempunyai 4 keputusan dasar yaitu Fasilitas yang nyaman, standar program kegiatan, sertifikasi instruktur dan penelitian pengembangan program.
“Korea merupakan negara yang mengembangkan kegiatan Healing forest di dalam pengelolaan hutannya dengan target peningkatan kualitas hidup, peningkatan proses imun dan perbaikan kesegaran fisik dan mental” Ungkap Lee secara daring (21/12)
Dengan konsep connect learn grow to nature
Ecocamp berasal dari Yayasan sobat lingkungan hidup termasuk menyampaikan bahwa koneksi alam dan manusia adalah aspek utama kegiatan healing forest. Kegiatan Healing forest yang dikerjakan memusatkan kenyamanan baik kenyamanan pasif maupun kenyamanan aktif untuk berkonsentrasi pada setiap kegiatan yang dikerjakan dengan target menyebabkan diri tenang dan bersyukur.
Sebagaimana pada umumnya setiap program perlu di dukung dengan strategi pemasaran sehingga terpublikasi dan bisa menjangkau berbagai pasar, begitu pula dengan program Healing forest. Bella Baroqah, Asisten Manager KBM Ranca Upas menambahkan bahwa di dalam pengembangan program Healing forest pemasaran adalah tidak benar satu aspek penting di dalam penerapan program healing forest baik untuk kesehatan, inovasi maupun ekonomi.
“Pengembangan Healing forest di Ranca Upas dikerjakan bertahap dan pemasarannya bekerjasama dengan influencer lewat media social serta mengemas paket kegiatan di dalam satu program yang sudah eksis” Jelas Bella di dalam sesi pemaparannya (21/12)
Tidak hanya pelaku bisnis Healing forest yang bekersempatan menyampaikan
9 pengelola Kawasan konservasi di dalam perihal ini termasuk ikut menunjukkan wilayah pada Kawasan yang dikelola dan program yang sudah dilaksanakan. Sedikitnya terdapat 12 spot wilayah di Kawasan konservasi yang sudah siap menjadi wilayah Healing forest dan sudah dibahas oleh Dr. Hikmat Ramdan dan Ibu Wiwien.
“Dua Faktor utama berasal dari kegiatan Healing forest untuk menaikkan nilai berasal dari ekosistem adalah Pengukuran tanggapan kesegaran dan wilayah yang dijadikan area kegiatan Healing forest” Ungkap Hikmat di dalam tidak benar satu sesi pembahasannya.
Dr. Hikmat termasuk menambahkan bahwa saat ini sudah terbit Standar Nasional Indonesia wisata hutan untuk terapi kesegaran (healing forest) dengan no SNI 9006:2021 yang bisa diacu oleh pengelola Kawasan hutan dan pelaku bisnis wisata yang menghendaki menerapkan healing forest.
“Instruktur pada healing forest menjadi tidak benar satu aspek penting kesuksesan program hutan untuk kesehatan, pengetahun dan pengetahuan yang dimiliki adalah modalnya” jadi Wiwien di dalam sesi pembahasannya.
Healing forest di Kawasan konservasi sebagai solusi sehat bagi diri sendiri dan alam bisa diwujudkan dengan menaikkan kualitas hidup, kesegaran fisik dan mental masyarakat, serta bisnis pemerintah di dalam menyediakan wilayah yang mencukupi standar serta syarat-syarat serta menyediakan infrastruktur yang memadai. Semua upaya ini perlu untuk di dukung oleh semua pihak.